Rabu, 07 Mei 2014

Pertanian Berkelanjutan Dengan Sistem Tumpang Sari Ramah Lingkungan


Pengelolaan usaha pertanian berkelanjutan yang masih dapat dikembangkan dan dipadukan dengan budidaya yang lain, seperti peternakan dan perkebunan sehingga sebuah usaha tani akan mempunyai pendapatan yang sifatnya berkesinambungan dari mulai pendapatan bulanan, 3 bulanan, 6 bulanan sampai tahunan serta perencanaan pendapatan untuk jangka panjang serta penggunaan pupuk, pestisida maupun pemberantasan hama secara  organik/alami yang ramah lingkungan akan menyelamatkan air tanah/tanah dari pencemaranan bahan pestisida kimia/zat kimia lainnya dan juga untuk menjaga kesehatan manusia serta pemanasan global.

Menjadikan kegiatan pertanian sebuah usaha mandiri yang dapat menopang ekonomi keluarga merupakan idaman bagi semua petani, namun untuk menuju kesana diperlukan semangat juang, teknologi yang memadai, kreatifitas serta perencanaan yang matang dalam menentukan budidaya secara efektif dan tepat.
Kebutuhan ekonomi keluarga yang berlangsung terus – menerus setiap harinya harus dapat diimbangi dengan budidaya yang terencana dan mengarah pada keberlanjutan. Salah satu perencanaan budidaya secara sederhana yang cukup efektif adalah dengan sistem tumpang  sari yang ramah lingkungan.
Tumpang Sari Ramah Lingkungan merupakan salah satu teknik budidaya dengan beberapa jenis tanaman yang dikelola secara bersamaan dengan memperhitungkan masa panen tanaman tersebut. Pengertian ramah lingkungan disini, di samping mengurangi penggunaan bahan-bahan anorganik (pupuk kimia, pestisida) dan meningkatkan penggunaan bahan-bahan organik (Kompos, Bokashi, pupuk organik cair dll) serta dalam mengatasi/mengusir hama pun dengan cara alami, dengan pestisida alami, perasan air bawang putih untuk hama kutu putih ataupun dengan kecubung untuk hama pada padi dan tanaman hortikultura  serta buah jengkol untuk hama tikus, dsb. Juga berorientasi untuk menjaga keseimbangan antarkomponen ekosistem. Hal ini dilakukan untuk menjaga keragaman spesies (komoditas) serta menjamin kelestarian sumber daya pertanian, seperti lahan air, dan organisme-organisme yang hidup didalamnya yang bermanfaat bagi kestabilan ekosistem.
Tujuan dari teknik tersebut diantaranya :
  • Usaha pertanian mempunyai hasil panen yang berkesinambungan
  • Mencoba memaksimalkan pengolahan lahan
  • Mengefektifkan penanggulangan hama dan penyakit
  • Menghemat sarana produki pertanian
  • Menjaga konservasi air dan tanah dari pencemaran zat kimia
  • Mencegah pemanasan global (Global Warming)
  • Menjaga kesehatan manusia
Langkah awal untuk untuk budidaya tumpang sari adalah menentukan jenis tanaman yang akan dibudidayakan, baik untuk jenis tanaman jangka pendek, atau jangka panjang. Sebagai gambaran, misalkan pada lahan yang dikelola akan dibudidayakan tanaman karet yang merupakan budidaya jangka panjang.
Hal ini akan lebih efektif jika diawali dengan pertanian hortikultura untuk budidaya jangka pendek, yaitu dengan budidaya cabai, sawi, tomat, labu, dan jenis sayuran lainnya atau palawija. Sampai tanaman karet kira-kira berumur 2,5 tahun, disela-selanya masih dapat dibudidayakan tanaman hortikultura.
Jenis tanaman hortikultura atau sayuran juga masih dapat dilakukan secara tumpang sari dalam pengelolaannya, yaitu dengan memperhitungkan masa panen tanaman tersebut. Misalnya sayuran yang berumur pendek seperti sawi, bayam, kangkung dapat dipadukan atau ditanam secara bersama-sama dengan tanaman sayuran jangka menengah seperti kubis, tomat dan cabai.
Menanam cabai, kubis dan sawi secara bersamaan dalam satu lahan dan satu balur merupakan salah satu contoh tumpang sari tanaman sayuran dengan alur masa panen yang berkesinambungan. Tanaman sawi akan habis masa panennya lebih awal antara 25-40 hari, setelah sawi habis maka tanaman kubis yang mempunyai masa panen antara umur 65-80 hari menjadi panen yang kedua. Sedang tanaman cabai yang masa panennya antara umur 3-6 bulan akan mengisi panen yang berikutnya. Dengan adanya pengelolaan yang tepat dalam satu lahan akan menghasilkan tanaman sayuran secara berturut-turut.
Gambaran di atas merupakan contoh kecil dalam pengelolaan usaha pertanian berkelanjutan yang masih dapat dikembangkan dan dipadukan dengan budidaya yang lain, seperti peternakan dan perkebunan sehingga sebuah usaha tani akan mempunyai pendapatan yang sifatnya berkesinambungan dari mulai pendapatan bulanan, 3 bulanan, 6 bulanan sampai tahunan serta perencanaan pendapatan untuk jangka panjang.
Untuk perencanaan tersebut di atas sudah tentu perawatan atau pemeliharaannya dilakukan dengan cara alamiah atau organik, dengan tidak sama sekali menggunakan bahan-bahan kimia serta dalam pemanfaatan lahannya harus dihindarkan penebangan pohon alami secara besar-besaran/liar  atau bukan di lahan konservasi/hutan lindung serta tidak menimbulkan bahaya longsor ataupun pembukaan lahan tanpa tebas bakar. Karena hal ini untuk mencegah kerusakan dan terganggunya  konservasi atau vegetasi/habitat  alami.

0 komentar:

Posting Komentar